Sekolah baru, buku baru, seragam baru, dan tentunya teman baru
serta suasana yang baru pula.
Terbesit rasa sedih yang amat mendalam dalam hatiku ketika aku
harus bermetamorfose memasuki sekolah baruku ditingkat SMA dan meninggalkan
sekolahku beserta kenanganku di- SMP.
Aku berusaha beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan asing
dalam hidupku.
Aku yang belajar di-SMP terpencil nan jauh dari kota tidak pernah
ikut ataupun berniat untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang mengganggu
konsentrasi belajarku, sebut saja kegiatan ekstrakurikuler. Namun ada rasa
ingin tahu yang besar dalam benakku ketika aku memasuki salah satu SMA ternama
di Kota Kediri ini. Entah kenapa aku sangat tertarik dengan ekstra KIR An-Nahl,
nama yang unik ini mengingatkanku dengan kegiatan yang sering kulakukan dengan
almarhum kakekku didesa setiap hari minggu dibelakang rumah. An-Nahl adalah
nama lain dari lebah, dibelakang rumahku adalah tempat dimana almarhum kakekku
menempatkan kotak kayu sebagai tempat tinggal para An-Nahl untuk menyimpan
madunya.
Memasuki ajaran baru, setiap ekstrapun sibuk mempersiapkan diri
untuk pergantian pengurus.
Aku sebagai calon anggota KIR An-Nahl merasa sangat tertantang
ketika aku harus memperkenalkan diri didepan teman-teman baruku yang belum
kukenal satupun.
Assalamualaikum…
Nama saya Andita Syamsa Laila, saya dari kelas X-1…teman-teman
bisa panggil saya Andita…
Saya tertarik untuk bergabung di KIR An-Nahl, karena namanya
mengingatkan saya dengan orang yang sangat saya sayangi….kakek saya…
Demikian perkenalan dari saya...wassalamualaikum…
Entah kenapa, sejak aku berdiri didepan untuk memperkenalkan diri
sampai aku akan beranjak pulang. Disudut ruang yang setiap minggu dijadikan
basecamp anak KIR itu, aku merasa ada seseorang yang terus memperhatikanku, kak
Faishal.Dia adalah ketua KIR tahun ajaran baru yang baru saja dilantik. Aku merasa agak risih diperhatikan
terus, namun aku tetap berusaha cuek.Wajahnya sinis dan agak menakutkan
menurutku, tapi lumayan ganteng.Mirip seperti Rama Michael, pria idamanku.
Hehehe
Ditengah-tengah lamunanku tentang Rama Michael, tiba-tiba saja
suara seorang laki-laki yang belum pernah ku dengar sebelumnya menyapaku.
“Hai Andita… Namaku Faishal, kamu bisa memanggilku kak Faishal
atau Faishal saja…bolehkah aku duduk disampingmu?”,Tanya kak Faishal.
“Iya kak, silahkan duduk kak”, jawabku.
Tiba-tiba saja gemuruh suara hujan turun, air dari langit seakan
tumpah menyeruah ke bumi.Pandanganku beralih dari wajah kak Faishol ke arah
pintu.
“Padahal aku sedang menunggu jemputan dari sepupuku, aku ingin
segera pulang”, lirihku dalam hati.
“Jangan takut…kamu bisa menunggu disini sampai hujan reda”, kak
Faishal menenangkanku.
Setelah kupersilahkan duduk, kak Faishal banyak bercerita tentang
pengalamannya selama di KIR, dan kebetulan sekali yang menjadi alasan kenapa
dia tertarik dengan KIR adalah sama dengan alasanku yakni karena kakek kami si
An-Nahl. Nama itu menjadi sangat berarti ketika adanya sangkut paut dengan
kenangan indah yang kami alami dengan kakek kami.Ternyata penilaianku terhadap
kak Faishal pun salah besar, dia adalah lelaki yang baik dan supel.
….
Hubunganku dengan kak Faishal pun semakin akrab, kami sering
bertukar cerita dan pengalaman layaknya seorang saudara.Hingga suatu hari, kak
Faishal memintaku untuk menemuinya di perpustakaan karena dia ingin
menyampaikan sesuatu. Aku sendiri pun penasaran, hal penting apa yang akan kak
Faishal sampaikan. Apa tentang progam kerja KIR kedepannya atau masalah kak
Faishal dengan penyakit alergi bulu kucingnya, atau masalah dengan anak
tetangganya yang sering melemparinya dengan bunga kamboja. Aku tak tahu
bagaimana yang pasti.
Setelah mengambil kartu absensi perpustakaan, aku langsung menuju
meja kak Faishal.
Kaget sekali aku melihatnya, wajahnya pucat seperti orang sakit
parah mau wafat.
“Kak Faishal sakit ya?Kok wajahnya pucat.Aku antar ke UKS yuk..”
ajakku.
Namun kak Faishal menolaknya, dia memberiku sebuah buku kosong.
Yang tepat ditengah-tengahnya terdapat sepucuk surat untukku.
Aku pun membuka dan membaca suratnya kata per kata…
Ditulis Faishal untuk : Andita
Assalamualaikum…
Dek…sejak awal berjumpa denganmu, aku merasa tertarik padamu.
Kuberanikan diri untuk mendekatimu, mengobrol denganmu, berbagi
cerita denganmu.
Sebelumnya, aku tidak pernah merasakan hubungan sedekat dan
senyaman dengan seorang gadis kecuali dirimu.
Namun janganlah salah menafsirkan perasaanku, aku tidak ingin
hubungan dekat yang kita jalani ini akan membuat kita menjadi tidak
professional. Aku juga tidak ingin gara-gara hubungan dekat ini, menjadikan
kita terjerumus dalam hal-hal yang negatif.
Aku menyukaimu…sebagai adikku…
Maukah kamu menjadi adikku…
Saudara yang saling menjaga satu sama lain…
Wassalamualaikum…
Bahasanya sederhana bahkan terlihat polos, cukup singkat namun
membuat hatiku berdebar-debar tak karuan. Aku terpaku dikursi tempat dudukku
sembari tanganku memegang buku kosong dari kak Faishal.
Kak Faishal, kalau aku boleh jujur. Aku juga menyukaimu…
Tapi kenapa kau hanya menyukaiku sebagai adikmu, kenapa tidak
mengatakan saja kalau kau mencintaiku.Aku sangat yakin kalau kak Faishal juga
mencintaiku. Sama seperti apa yang sedang aku rasakan. Apa boleh buat, jika
dengan menjadi adikmu aku bisa dekat denganmu. Aku janji akan menjadi adik yang
selalu menemanimu, mendengarkan ceritamu dari bangun tidur sampai berangkat
tidur lagi. Curhatku pada buku kosong yang diberikan kak Faishal.
…..
Hari-hari berikutnya, aku dan kak Faishal pun menjalani hubungan
yang sudah kami sepakati.Yakni kakak adik, kami saling menjadi supporter dalam
belajar.Hingga nilai-nilai kami dalam raport kenaikan kelaspun cukup memuaskan.Kak
Faishal sering kerumahku untuk menemaniku belajar sekaligus menjadi guru privat
kalau aku mengalami kesulitan belajar. Senangnya mempunyai kakak seperti kak
Faishal, apa lagi kalau aku bisa menjadi kekasihnya.
…
Besok adalah hari ulang tahunku yang ke-17, aku hanya menunggu
kejutan dan nasib sial yang akan menimpaku. Teman-temanku tentu tidak akan
tinggal diam jika temannya ini ulang tahun. Entah apa yang akan pertama
mendarat diwajahku. Telur, tepung, atau satu ember air yang menantiku.
…..
Benar sekali dugaanku, selesai bel pulang berbunyi.Tidak hanya
tepung, telur ataupun air yang disiramkan ketubuhku.Namun satu ember lumpur
berwarna cokelat pun telah disiapkan untukku.Alhasil, aku pulang dengan seragam
yang kotor.
Semua nasib sial itu pun tak lepas dari rasa bahagia dan rasa
penasaranku menunggu kejutan dari kak Faishal.Dengan mengenakan baju terbaikku
aku menunggu kak Faishal diruang tamuku.
Aku rindu sekali dengan dia.
Tepat jam 20.00 WIB, suara motor berhenti didepan rumahku. Aku pun
kegirangan mendengarnya, itu adalah suara motor kak Faishal.Dengan berjalan
setengah berlari, aku menyusulnya didepan rumah.
Namun kali ini kak Faishal tidak sendirian, dia bersama seorang
wanita yang cantik dan anggun.
Memakai busana yang sopan berwarna hijau muda dan sepatu hak yang
kira-kira tingginya 3 cm, namanya Alira.Dia pun memperkenalkan diri sebagai
kekasih kak Faishal.
Bagaikan disambar petir berkali-kali, badanku pun menjadi lemas
dan tanpa daya.Aku berjalan terhuyung-huyung masuk ke rumahku, ku biarkan
mereka berdua terdiam didepan rumahku melihat sikapku ini.Aku tak peduli, yang
aku pikirkan saat itu adalah aku ingin menangis dan berteriak sekuat
mungkin.Tapi kuurungkan niatku tersebut, sangat percuma dan tidak berguna jika
aku menangisi kak Faishal yang telah mendustaiku.Bukankah dia pernah berkata
bahwa aku adalah satu-satunya perempuan yang bisa membuatnya nyaman jika berada
dekat denganku.
Kak Faishal pembohong.
…..
Satu minggu berjalan tanpa bertemu ataupun berkomunikasi dengan
kak Faishal.Aku berusaha untuk menjauhinya.Tapi aku sendiri tak ingin munafik,
aku merasakan kerinduan yang sangat berat kepada kak Faishal. Dimana dia
sekarang, nomer teleponnya tidak aktif, sekedar bertanya kabarku lewat sms pun
tidak. Walaupun dia sudah membuatku sakit hati, tapi aku tidak bisa memungkiri
kalau aku masih menyukainya, aku mencintainya.
Dua minggu…
Satu bulan…
Tiga bulan…
Lima bulan…
Enam bulan aku menunggu kabarmu kak Faishal.Bahkan tak canggung
aku menanyakan hal ihwal tentang kepergianmu yang misterius kepada teman-teman
sekelas kak Faishal.Hingga akhirnya kuberanikan diri untuk bertanya kepada
walikelasnya, Pak Hasan.Beliau sendiripun ternyata kurang jelas tentang
kepergian kak Faishal, beliau hanya mengatakan bahwa ada urusan keluarga yang
mengharuskan dia untuk pergi keluar negeri, singapura.Aku pun hanya bisa
terdiam dan meratapi kepergian orang yang sangat kucintai.
…..
Ditengah status online facebookku, tiba-tiba akun bernamakan Alira
Annafida mengirim pesan kepadaku.
Aku kaget setengah mati.Dengan segera aku memulai chatting dengan
Alira, dengan jujur dia menjelaskan semua yang telah terjadi pada kak
Faishal.Kenapa kak Faishal menyembunyikan status hubungannya dengan Alira,
kenapa dia harus pergi jauh ke Singapura, dan kenapa dia tidak pernah memberi
kabar kepadaku.
Alira bukanlah kekasih kak Faishal, dia adalah sepupunya yang
kebetulan juga tinggal di Singapura.Kak Faishal memintanya untuk berpura-pura
menjadi kekasihnya agar aku bisa membenci dan melupakannya. Karena dia tahu
bahwa penyakit Leukimia yang dideritanya tidak akan bisa disembuhkan, sehingga
dia harus menjalani pengobatan di Negara Singapura untuk memperpanjang usia
hidupnya.
Takdir pun tak memberi kesempatan kepadaku untuk sekedar bisa
bertemu dan melihat wajahnya yang sangat kurindukan. Kak Faishal meninggal
setelah dioperasi satu bulan yang lalu, dan
dimakamkan di Singapura atas permintaan orang tuanya.
Air mataku pun mengalir deras sembari masih mengetikkan jemariku
diatas keyboard lap topku.
Kenapa kak Faishal tidak pernah bercerita tentang penyakitnya,
kenapa dia tega melakukan semua ini padaku.
Alirapun menenangkanku dengan mengatakan bahwa sebenarnya kak Faishal
sangat menyayangiku.Itulah sebabnya kenapa dia ingin menjadi kakakku bukan
kekasihku, dia tidak ingin membuatku sedih atas kepergiannya. Bahkan dia sangat
berharap mempunyai kesempatan satu hari saja untuk berpamitan kepadaku.
Aku berlari menghampiri kasurku dan memeluk boneka dophinku yang
mulai basah karena air mataku.Tak peduli dengan facebookku yang masih
online.Akupun tertidur lelap bersama malam yang sepi tanpa bintang.
…..
Sinar Matahari menyeruak kekamarku, menembus celah-celah jendela
kamar dan menyilaukan mataku.Mencoba merayu mataku yang masih enggan untuk
membuka.Hari ini begitu hening, hanya kicauan burung-burung yang
kudengar.Kesedihan yang melandaku membuatku malas untuk beraktifitas.Kuangkat
kakiku dan melangkahkannya menuju kamar mandi.
Kulirik surat berwarna hijau tergeletak diatas laptopku, dan
dengan penasaran akupun membacanya.
Andita adikku…
Cepatlah mandi…aku menunggumu dikebun belakang rumahmu…
Kakakmu…Faishal…
Belum selesai meratapi kesedihanku, akupun dikagetkan lagi dengan
surat hijau yang tidak jelas asal-usulnya. Kebingunganku bertambah kala melihat
tandatangan kak Faishal disurat itu, aku pun berlari secepat mungkin ke kebun
belakang rumah dan tak peduli dengan rambutku yang masih acak-acakan dan mukaku
yang belum sempat ku cuci.Percaya tidak percaya, mimpi atau bukan, hanya satu
yang kupikirkan saat itu, aku ingin bertemu kak Faishal.
Aku berhenti berlari dan berjalan dengan nafas terengah-engah
menuju meja dengan dua kursi yang
sudah disiapkan untukku. Diatas meja terdapat dua gelas kopisusu, minuman
kesukaanku.Dengan wajah yang tenang kak Faishal duduk sembari meminum
kopisusunya, kemudian memandangku dengan matanya yang memancarkan keceriaan.Aku
masih berdiri tercengang melihat kak Faishal yang memakai kemeja berwarna putih
polos.Diapun memintaku untuk segera duduk dikursi dan meminum kopisusuku.
“Ka..ka..kak Faishal… sebenarnya apa yang terjadi…
Kenapa kakak meninggalkanku?”, tanyaku dengan setengah gagap.
“Bersyukurlah Andita, Tuhan masih memberikan kesempatan untuk
kita, manfaatkanlah apa yang telah Dia berikan”, jelasnya dengan santai dan
tenang.
“Andita, kau kelihatan jelek…belum mandi, rambutpun acak-acakan,
tapi aku suka”, ejek kak Faishal.
Aku tak peduli dengan perkataan kak Faishal, aku pun meminum
kopisusuku.
Entah mengapa suasana pun menjadi hangat dan menenangkan
hatiku.Rasa bingungku pun berubah menjadi rasa bahagia karena bertemu dengan
kak Faishal. Kami saling mengenang masa-masa indah saat bersama, bercanda
dengan tebak-tebakan yang konyol, dan…
Tok…tok…tok…
“Andita…ayo bangun…kamu harus berangkat sekolah…”, suara Ibu memanggilku.
Akupun terbangun dan kaget melihat gelas kopisusu yang belum habis
kuminum bersama kak Faishal dikebun rumahku ada diatas rakku.
Jika aku bermimpi, kenapa gelas ini ada diatas rak.Aku tidak
pernah melihat gelas ini dirumahku.Sungguh aneh, sebenarnya pertemuanku dengan
kak Faishal adalah mimpi atau bukan.
Jam menunjukan pukul 06.20 WIB.
Aku bergegas kekamar mandi dan berangkat sekolah. Semoga pak
satpam masih mengizinkanku masuk ke kelas tanpa harus berlari tujuh kali mengelilingi lapangan.
Aku pun mengayuh sepedahku sekuat mungkin, agar tiba tepat waktu
disekolah.
Hampir saja telat…
Bahkan jika aku terlambat satu menit saja, mungkin pak satpam
sudah menghakimiku dengan wajah dan kumis tebalnya yang menyeramkan.
Terngiang-ngiang oleh gelas kopisusu yang ada diatas rak membuat
konsentrasiku amburadul hari ini. Pelajaran yang dijelaskan oleh guru selama
sehari penuh dari jam 07.00 sampai jam 14.00 pun tidak ada yang bisa dicerna
oleh otakku. Semua terfokus pada acara minum kopisusuku dengan kak Faishal yang
entah itu mimpi atau bukan.
…..
Sepulang dari sekolah, aku merasa capek dan badanku lemas
sekali, dengan sisa tenaga
yang kumiliki aku menuntun sepedahku menuju belakang rumah, tempat yang biasa
kugunakan untuk menaruh sepedahku. Ditempat inilah aku dan kak Faishal baru
saja melepas rindu dengan meminum kopisusu dan saling bercengkerama.Perlahan
tapi pasti aku berjalan menuju meja yang disampingnya adalah kursi tempat kak
Faishal duduk dengan wajahnya yang santai dan menyilahkanku duduk disampingnya.
Memang sangat nyaman dan menenangkan suasana dibelakang rumahku,
dihiasi dengan kebun kecil dan aneka bunga yang berwarna-warni membuatku betah
duduk berlama-lama disini.
Aku menengadahkan wajahku kelangit sambil memejamkan mata memohon
kepada Tuhan.
Tuhan…berikanlah kesempatan kepadaku….
Aku ingin bertemu dengan kak Faishal, aku ingin mengatakan
perasaanku yang sebenarnya kepada kak Faishal. Aku rindu sekali padanya,
izinkanlah walau hanya semenit saja..
Aku ikhlas jika aku harus kehilangan orang yang kucintai adalah
karena takdir dan kuasamu…
Namun…aku adalah hambamu yang tidak punya daya…kabulkanlah
harapanku ini…
Sendiri dalam renungan do’a dalam hati, air mataku jatuh menetesi
pipiku.
Tangan yang lembut tiba-tiba menyentuh pipiku dan mengusap air
mataku, aku pun membuka mataku.
Wajah ini adalah wajah yang kurindukan, kak Faishal.Aku ingin
menangis sejadi-jadinya dan menumpahkan seluruh air mataku.Tapi aku harus
menahannya, aku tahu bahwa kesempatan ini adalah kesempatan yang berharga
bagiku, aku harus memanfaatkannya untuk mengatakan tentang perasaanku kepada
kak Faishal.
“kak Faishal…jika ini bukanlah mimpi tapi kenyataan, jangan kau tinggalkan
aku lagi, karena aku mencintaimu, namun jika ini adalah mimpi dan bukan
kenyataan, dengarkanlah aku, aku mencintaimu, bukan hanya sebagai seorang
adikmu, tapi mencintaimu selayakya seorang putri yang mencintai pangerannya.
Aku sangat merindukanmu, aku ingin selalu melihat wajahmu”, dengan wajah
memelas dan sesenggukan aku memohon kepada kak Faishal.
Kak Faishal pun meneteskan air matanya dan memandang wajahku yang
basah karena air mata.
“Andita sayangku…pertemuan ini adalah suatu kenyataan yang kau
temui dalam mimpimu…
Maafkanlah jika aku berkata bahwa aku mencintaimu hanya sebagai
adikku…aku tidak ingin melihatmu terlalu sedih atas kepergianku ini, Tuhan
sangat baik telah memberikan kesempatan berharga ini kepadaku…aku ingin
mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang kucintai dan kusayangi bukan
hanya sebagai adikku…tapi sebagai belahan jiwaku, kamu Andita”, jelas kak
Faishal dengan mata berkaca-kaca.
Sebelum pertemuanku dan kak Faishal berakhir, dia memberikan
sesuatu untukku.Sebuah miniatur kayu berbentuk hati, cantik sekali.Kak Faishal
memintaku untuk menjaga dan menyimpannya.Miniatur kayu ini adalah ibarat
hatinya yang beku, karena cinta yang dia inginkan tidak bisa dia miliki didunia
ini.
Daun-daun kering pun berguguran den terbang karena angin yang
berhembus sore itu, dan tanpa sengaja jatuh tepat dipipiku.Membukalah mataku
yang masih basah oleh air mataku, dan melihat matahari sudah berada dibarat
untuk berpamitan pulang.
“mimpi yang nyata…hati kayuku…
terima kasih kak Faishal…”
0 komentar:
Posting Komentar